27 Juni 2010

SUMBER PENCEMAR AIR


Mengingatkan kembali tugas yang pernah dibuat semasa masih kuliah dulu hehehe.. 

SEKILAS UJI HISTOPATOLOGI

UJI HISTOPATOLOGI


A.    Prosedur pembuatan spesimen
1.      fiksasi
larutan fiksasi yang umumnya digunakan untuk histopatologi adalah larutan formalin 10% berpenyangga fosfat (pH 7,0). Ikan berukuran kecil seperti benih dimasukkan seluruh tubuhnya ke dalam larutan setelah abdomen (rongga perut) dibuka. Untuk ikan yang lebih besar dari benih dibedah dan diambil organ internal seperti hati, limpa, perut, usus, pankreas, ginjal bagian anterior, ginjal bagian posterior, jantung, gonad, insang, mata, otak, dan otot dengan kulit. Fiksasi dapat dilakukan lebih dari 1 hari pada suhu yang lebih rendah dari suhu kamar. Hal yang sangat penting bahwa sample ikan hidup harus difiksasi dalam larutan fiksasi untuk histopatologi. Komposisi larutan formalin 10 % berpenyangga fosfat (pH 7,0) dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Komposisi larutan formalin 10% berpenyangga fosfat (pH 7,0)
Bahan Kimia
Jumlah
Formalin
NaH2PO4-H2O (natrium dihidrogenfosfat)
Na2HPO4 (dinatrium hidrogenfosfat)
Akuades
100 mL
4 g
6,5 g
900 mL

2.      Pemotongan organ dan refiksasi
Setelah difiksasi 1-2 hari, setiap organ dipisahkan dan dipotong secukupnya (kira-kira 10x10x5 mm3) dengan pisau. Organ ini diletakkan dalam kotak sampel atau kaset jaringan dan fiksasi dalam larutan formalin 10% berpenyangga fosfat (pH 7,0) selam 1 hari. Selama pemotongan organ spesimen direndam dalam air untuk melindungi spesimen direndam dalam air untuk melindungi spesimen dari kekeringan.

3.      Dekalsifikasi
Jaringan keras yang mengandung kalsium seperti insang dan tulang harus didekalsifikasi terlebih dahulu. Jaringan tersebut direndam dalam larutan EDTA-2Na selama beberapa hari setelah fiksasi. Larutan EDTA-2Na harus diganti dengan yang baru selama 1-24 jam. Larutan EDTA-2Na dibuat dengan cara sebagai berikut : larutan 25 g EDTA-2Na dalam 650 mL akuades, tambahkan 350 mL natrium hidroksida (NaOH) 0,2 N dan 70 g sukrosa.

4.      Dehidrasi dan pengisian parafin
Setelah refiksasi atau dekalsifikasi, dilakukan dehidrasi dan pengisian parafin. Spesimen dalam kotak sample dibilas pada air mengalir selama 15-30 menit untuk mencuci formalin atau EDTA-2Na. Pindahkan ke dalam setiap larutan untuk dehidrasi dan pengisian parafin. Larutan dan waktu perendaman yang digunakan dalam proses ini dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Larutan dan waktu perendaman dehidrasi dan embedding
Larutan
Waktu perendaman
1.      Etanol 70%
2.      Etanol 80%
3.      Etanol 90%
4.      Etanol 95%
5.      Etanol 100%
6.      Etanol 100%
7.      xylene
8.      xylene
9.      xylene
10.  Parafin (pada suhu 60oC)
11.  Parafin (pada suhu 60oC)
12.  Parafin (pada suhu 60oC)
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam
1-2 jam

5.      Pembuatan blok parafin
Letakkan tempat jaringan (cetakan untuk blok parafin) pada “hot plate” suhu 65oC dan isi dengan parafin yang telah dilelehkan. Letakkan organ pada dasar cetakan lalu taruh ke atas es untuk sedetik. Setelah itu letakkan kaset jaringan tersebut di atas cetakan. Tambahkan parafin pada cetakan secukupnya. Blok parafin ini diletakkan pada papan es sampai parafin membeku. Kemudian lepaskan blok parafin dari cetakan lalu dipotong 2-3 mm dari tepi organ.

6.      Pembuatan preparat sediaan.
Blok parafin dipotong menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5 μm. Jaringan yang dipotong melekat pada pisau mikrotom diambil dengan menggunakan kertas karton yang agak basah dan pindahkan ke wadah yang telah diisi air. Setelah itu, pindahkan ke atas kaca preparat dan letakkan dalam air hangat pada water bath (celupan air) suhu 50oC selama 5 detik guna mengembangkan parafin. Letakkan kaca preparat tersebut di atas penghangat “slide warmer” suhu 55 oC  selama 1 jam untuk merekatkan jaringan tersebut pada kaca preparat.

7.      Pewarnaan

Proses pewarnaan termasuk deparafinisasi (penarikan parafin dari jaringan), pewarnaan, dehidrasi, penetrasi dan penutupan jaringan (penyimpanan). Ada berbagai macam pewarnaan pada histopatologi di antaranya H&E (hematoksilin dan eosin) yang merupakan pewarnaan dasar dan harus yang pertama disiapkan. Sebagai tambahan bila diperlukan dapat menggunakan pewarnaan lainnya seperti pewarnaan May-Grunwald_Giemsa, Azan-Mallory, dan Ziehl-Neelsen.

Sumber : Ringkasan dari buku
Panduan Diagnosa Penyakit ikan
(Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar di Indonesia)
Balai Budidaya Air Tawar Jambi – dan Japan International Coorperation Agency 2002

15 Mei 2010

Uji Efisiensi dan Efektivitas Vaksin HydroVac® untuk Penanggulangan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

ABSTRAK


Berto Mulia Wibawa (Dibawah Bimbingan : Rosidah dan Otong Suhara Djunaedi). 2010. Uji Efisiensi dan Efektivitas Vaksin HydroVac® untuk Penanggulangan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 5 Juli sampai dengan 24 Agustus 2009 di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur Bogor dengan penelitian pendahuluan pada tanggal 4 sampai dengan 28 Mei 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas Vaksin HydroVac® untuk menanggulangi infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : A (benih lele dumbo tidak diberi Vaksin HydroVac®), B (benih lele dumbo direndam oleh Vaksin HydroVac® rendaman ke-1), C (benih lele dumbo direndam oleh Vaksin HydroVac® rendaman ke-3), dan D (benih lele dumbo direndam oleh Vaksin HydroVac® rendaman ke-5) Parameter yang diamati pada penelitian ini diantaranya tingkat kelangsungan hidup ikan, titer antibodi, diferensial leukosit, indeks fagositosis, dan kualitas air.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Vaksin HydroVac® efektif dan efisien dalam menanggulangi infeksi Aeromonas hydrophila hingga perendaman ulang ke-3 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 96,25%. Selain itu pemberian Vaksin HydroVac® mampu meningkatkan respon limfosit dalam menyediakan zat kekebalan tubuh serta mempertahankan respon sel-sel fagosit untuk melakukan fagositosis terhadap adanya antigen baru pada saat terjadi infeksi Aeromonas hydrophila.


Kata kunci : Perendaman, Vaksin HydroVac®, Aeromonas hydrophila, lele dumbo

Untuk yang mau download link abstraknya, silakan akses di sini